Sedimen Dasar Laut
Dasar
laut memiliki sebaran sedimen yang berbeda untuk setiap wilayah. Sedimen
merupakan partikel-partikel yang berasal dari pembongkaran batu-batuan dan
potongan kulit (shell) serta rangka
dari organisme laut yang telah mengalami berbagai proses fisika, kimia dan
biologi di dasar lau dalam jangka waktu tertentu (Hutabarat dan Stewart, 2000). Informasi mengenai
jenis sedimen di dasar laut penting salah satunya untuk mengetahui tingkat
kekokohan sedimen tersebut untuk suatu pembangunan di laut. Sedimen
diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir (grain
size), tekstur dan porositas. Wentworth (1922) mengklasifikasikan jenis
sedimen berdasarkan ukurannya menjadi 6 jenis.
Tabel
II.2
Klasifikasi sedimen berdasarkan ukuran butir (Wentworth, 1922)
No.
|
Nama Partikel
|
Ukuran
|
Sedimen
|
Nama Batu
|
1
|
Bongkah/Boulder
|
>256 mm
|
Gravel
|
Konglomerat dan
Breksi berdasarkan kebundaran partikel
|
2
|
Kerakal/Cobble
|
64-256 mm
|
Gravel
|
|
3
|
Kerikil/Pebble
|
2-64 mm
|
Gravel
|
|
4
|
Pasir/Sand
|
0.0625-2 mm
|
Sand
|
Sandstone
|
5
|
Lanau/Silt
|
0.0039-0.0625 mm
|
Silt
|
Batu Lanau
|
6
|
Lempung/Clay
|
<0.0039 mm
|
Clay
|
Batu Lempung
|
Klasifikasi sedimen dasar laut selain berdasarkan
ukuran butir juga dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi pengendapan sedimen
tersebut. Chester (1993) mengklasifikasikan sedimen menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Nearshore sediment.
Endapan sebagian besar berada di dasar laut yang dipengaruhi kuat oleh kedekatannya
dengan daratan. Hal tersebut mengakibatkan kondisi fisika, kimia dan biologi
dalam sedimen ini bervariasi.
2. Deep Sea sediment.
Endapan sedimen sebagian besar mengendap di laut dalam di atas 500 m. jauhnya
dari daratan serta adanya biomassa khusus yang mendominasi lingkungan tersebut
menyebabkan jenis sedimen di wilayah ini memiliki sifat khusus.
Klasifikasi sedimen dasar laut dapat dilakukan
menggunakan diagram pasir, lumpur dan tanah liat seperti di bawah.
Gambar II.23 Diagram
Sand Gravel dan Mud
Biasanya
dalam perencanaan pekerjaan di laut seperti pipa bawah laut, jenis tanah
diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu tanah kohesif (clay/silt) dan tanah non-kohesif (sand). Det Norske Veritas (DNV) memberikan ketetapan umum untuk parameter
geoteknik yang dibutuhkan dalam ketetapan DNV RP-F105
Tabel
II.3
Parameter umum tanah menurut DNV RP-F105
Tipe Tanah
|
Фs
|
Su
|
v
|
es
|
α
|
|
Sand
(Kohesif)
|
Loose
|
28° - 30°
|
-
|
0.35
|
0.7 – 0.9
|
8.5 – 11.0
|
Medium
|
30° - 36°
|
-
|
0.35
|
0.5 – 0.8
|
9.0 – 12.5
|
|
Dense
|
36° - 41°
|
-
|
0.35
|
0.4 – 0.6
|
10.0 – 13.5
|
|
Clay/Silt
(Non-Kohesif)
|
Very
Soft
|
-
|
<12.5
|
0.45
|
1.0 – 3.0
|
4.0 – 7.0
|
Soft
|
-
|
12.5 – 25
|
0.45
|
0.8 – 2.5
|
5.0 – 8.0
|
|
Firm
|
-
|
25 – 50
|
0.45
|
0.5 – 2.0
|
6.0 – 11.0
|
|
Stiff
|
-
|
50 – 100
|
0.45
|
0.4 – 1.7
|
7.0 – 12.0
|
|
Very
Stiff
|
-
|
100 – 200
|
0.45
|
0.3 – 0.9
|
10.0 – 13.0
|
|
Hard
|
-
|
>200
|
0.45
|
0.3 – 0.9
|
10.0 – 13.0
|
Keterangan:
Фs = Sudut geser dalam
Su = Void Ratio
v = Undrained shear strength (kN/m2)
es = Submerged unit weight (kN/m2)
α = Poisson ratio
Фs = Sudut geser dalam
Su = Void Ratio
v = Undrained shear strength (kN/m2)
es = Submerged unit weight (kN/m2)
α = Poisson ratio
Komentar
Posting Komentar