Aplikasi Multibeam Echosounder Dalam Survei Batimetri



            Survey batimetri adalah bagian dari kegiatan survei hidrografi yang bertujuan untuk menentukan kedalaman laut dan bahaya pelayaran bagi kepentingan navigasi. Survei batimetri merupakan kegiatan penentuan kedalaman dan konfigurasi dasar laut berdasarkan analisis profil kedalaman. Profil kedalaman adalah hasil pemeruman dari sounding. Berdasarkan profil kedalaman dapat dibuat garis kontur kedalaman sehingga variasi morfologi dasar laut dapat ditampilkan terdiri atas titik-titik kedalaman peta yang menampilkan variasi morfologi kedalaman dasar laut disebut peta batimetri.
            Survei batimetri adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran morfologi permukaan dasar laut (seabed surface). Gambaran dasar laut dapat disajikan dalam garis-garis kontur atau model permukaan digital. Garis-garis kontur kedalaman atau model batimetri diperoleh dengan menginterpolasi titik-titik pengukuran kedalaman yang tersebar pada lokasi yang dikaji. Kerapatan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung pada kedalaman model yang hendak dibuat.
            Pengukuran kedalaman dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Pada titik-titik tersebut juga dilakukan pengukuran untuk penentuan posisi. Titik-titik tempat dilakukannya pengukuran untuk penentuan posisi dan kedalaman disebut sebagai titik sounding. Pada setiap titik sounding harus juga dilakukan pencatatan waktu (saat) pengukuran untuk dikoreksi terhadap pengaruh naik turunnya muka air laut karena pasang-surut.
            Kerapatan titik-titik pengukuran kedalaman bergantung pada skala model yang hendak dibuat. Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai lajur perum atau sounding line. Survey batimetri merupakan aktivitas dan proses untuk menentukan posisi titik-titik di dasar perairan dalam suatu koordinat tertentu, sehingga diperoleh model topografi dasar perairan. Dengan mencakup pengukuran koordinat kerangka dasar horizontal dan vertikal, pengamatan pasut serta pelaksanaan survey batimetri dengan MBES.
            Sesuai rekomendasi IHO SP-44 mengenai persyaratan bahwa untuk orde spesial dan orde 1 (tabel II.1) seperti perairan dipelabuhan perlu mendapatkan alur yang bebas dari bahaya navigasi sehingga survey batimetri mutlak perlu dilakukan dengan menggaunakan MBES untuk mendapatkan coverage penuh (SP-44,2008)
Tabel II.1 Klasifikasi Survei
ORDER
SPECIAL
1
2
3
Contoh area yang dipetakan
Pelabuhan, tempat berlabuh, dan saluran-saluran kritis dengan hambatan serta hambatan sarat kapal minimum
Pelabuhan, pelabuhan yang mendekati terusan, jaluran anjuran, dan daerah perairan dengan kedalaman hingga 100 m
Daerah yang tidak tercakup dalam orde special dan orde 1 atau daerah dengan kedalaman hingga 200 m
Daerah yang tidak tercakup dalam orde special atau orde 1 dan 2
Ketelitian Horizontal dan Vertikal (tingkat kepercayaan = 95%)
2m dan         a = 0.25 m
b = 0.0075
5 m ± 5%d dan a = 0.5m b = 0.013
20 m ± 5%d dan a = 1.0 m b = 0.023
150 ± 5%d dan a = 1 m   b = 0.023

Ketelitian di atas dengan skala 1 : 100.000 pada pengukuran terestris, jika menggunakan GPS maka kesalahan posisi horizontal harus kurang dari 10 cm (Poerbandono dan Djunarsjah, 2005). Koefisien a dan b adalah parameter yang digunakan untuk menghitung akurasi kedalaman. Adapun kesalahan antara dalam titik fix perum pada lajur utama dan lajur silang tidak boleh melebihi toleransi berikut:
Σ = ±                                                                                     (II.12)
Dimana:
a = Kesalahan independen (jumlah kesalahan yang bersifat tetap)   
b = Faktor kesalahan kedalaman dependen (jumlah kesalahan yang bersifat tidak tetap)    
d = Kedalaman terukur          
(b x d) = Kesalahan kedalaman yang dependen (jumlah semua kesalahan kedalaman yang dependen)

Gambar II.20 Kesalahan deteksi kedalaman (IHO SP-44, 2008)

Komentar

Postingan Populer