semua orang wajib jalan-jalan

Jalan-jalan hampir semua orang suka itu, maw deket atau jauh sekalipun yang penting jalan-jalan namanya. Ane suka sekali jalan-jalan, karena banyak yang didapat saat jalan-jalan seperti uang receh yang jatuh, dompet dan isinya (ngarep), pacar orang (lebih ngarep) dll. kadang dari jalan tersebut ane dapat motivasi dan bahan evaluasi diri sendiri.
paling tidak ada lah 5 alasan kenapa orang wajib jalan-jalan haha.
> Alasan pertama: karena agama ane (Islam) yang menyuruh untuk melakukan safar, melakukan perjalanan alias jalan-jalan.
Al Quran memerintahkan ane buat melakukan perjalanan di muka bumi, tidak hanya berdiam diri di rumah atau di kota tempat tingga.
- ” Fantasyiru fi al-ardh wab-taghu min fadhillah… artinya menyebarlah di muka bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah” (Q.S. al-jumu’ah, [62]: 10).
- “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka memiliki hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau memiliki telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.(Q.S Al-Hajj [22] : 46)
- “Dan tidaklah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rosul), padahal orang-orang itu lebih besar kekuatannya dari mereka? ...” (QS Fatir [35]: 44)
Beberapa nasehat ilmuwan Islam:
“Saya telah menemukan sekian banyak pakar yang berpendapat bahwa Kitab Suci memerintahkan manusia agar mengorbankan sebagian dari masa hidupnya untuk Melakukan Perjalanan Wisata agar ia dapat Menemukan peninggalan-peninggalan lama, Mengetahui kabar berita umat-umat terdahulu, agar kesemua itu dapat menjadi Pelajaran yang dapat mengetuk otak-otak yang beku.” (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimiy,1866-1914)

Fakhruddin Al-Raziy (1149-1209), seorang mufasir, menulis :
“Perjalanan wisata memiliki dampak yang sangat besar dalam rangka menyempurnakan jiwa manusia. Dengan melakukan perjalanan, ia mungkin mendapat kesulitan dan dalam kondisi itu ia dapat mendidik jiwanya untuk bersabar. Mungkin juga ia menemui orang-orang terkemuka, sehingga ia dapat mendapatkan sesuatu dari mereka hal-hal yang tidak dimilikinya. Selain itu, ia juga dapat menyaksikan aneka ragam perbedaan ciptaan Allah. Maka, perjalanan wisata memiliki dampak yang kuat dalam kehidupan beragama seseorang.”

> Alasan ke-2: Karena ane pengen menekan Kesombongan Diri sendiri soalnya sebenarnya ane selalu Butuh Orang Lain!
Biasanya klo ane telah lama menetap di satu tempat, biasanya akan merasa mampu mandiri, mengetahui kota luar dalam, hingga seringkali merasa tidak membutuhkan bantuan orang lain lagi. Sering saya merasa orang yang baru datang (pendatang) yang butuh pertolongan ane, terus ane sama sekali tidak membutuhkan bantuan mereka.
Ane merasa sebagai orang yang dibutuhkan, bukan membutuhkan. Akhirnya dalam situasi seperti ini ane merasa Sombong & merasa lebih baik, lebih “senior” dari orang lain. Ane jadi orang yang sombong dan berat untuk membantu orang lain. Sebagai “senior” saya menuntut anda (pendatang) yang aktif menyapa ane bukan ane yang aktif menyapa anda, karena saya nggak butuh anda, anda yang butuh saya

Perasaan dan sikap seperti ini seringkali ditemui bukan hanya pada diri ane di masa lalu, namun juga di beberapa orang lain, khususnya mereka yang jarang atau tidak pernah bepergian ke luar daerah/negaranya. Saya melihat betapa berat, mereka menyapa pendatang, memperkenalkan diri, apalagi menjamu tamu. Sikap acuh tak acuh dan beralasan sedang berhalangan sering saya temui untuk tidak membantu pendatang, seringkali karena mereka merasa tidak akan membutuhkan bantuan orang lain, termasuk pendatang itu. Gimana mereka membutuhkan bantuan pendatang, sedangkan mereka sebagai penduduk lama dan menetap di kota itu sudah “memiliki semuanya”? mereka udah punya rumah, mobil, tabungan, teman, kerja, dll sedangkan pendatang itu punya ‘nothing’!…jadi mereka sama sekali tidak ada ruginya jika tidak membantu pendatang.
Sikap dan perasaan inilah yang bikin takut :(  Semua itu bisajadi karena saya tidak pernah merasa sebagai “Pendatang”! Saya selalu merasa sebagai pemukim yang tidak membutuhkan bantuan orang lain, apalagi pendatang.

Salah satu cara efektifnya adalah meletakkan diri ane pada posisi “Membutuhkan Orang Lain”. menjadi Pendatang yang selalu butuh Orang Lain! Saat saya jadi pendatang dan kemudian “ditolak” oleh pemukim, pada saat itu saya benar-benar merasakan sakitnya orang yang butuh bantuan orang lain namun orang/teman yang bisa menolong itu lebih memilih untuk tidak membantu. Pada situasi seperti ini, bukan jiwa pendendam yang ingin saya pelihara, meski tidak bisa dipungkiri sebagai seorang manusia naturally kita pasti “menandai”, namun insyaAlloh ane berusaha keras untuk focus menjadi makhluk yang lebih baik . Saya harus menolong teman saya yang jadi pendatang karena saya tahu sakitnya ditolak dan sangat butuh bantuannya seorang tamu. Hikmah ini harus menjadikan saya menjadi makhluk yang lebih baik, bukan menjadi sama buruk!

> Alasan ke-3: Karena ingin saling mengunjungi dan dikunjungi teman/saudara untuk terus dan terus mengikat & menambah silaturahmi!
penting banget ni, menjaga silaturahmi sama teman, saudara (atau selingkuhan, waw, hehe kiding). namanya silaturahmi emang membuka pintu rezeki deh, silakan bisa dibuktikan. dan juga sbg tempat bernostalgia. ada juga ni dari hadist:

  • Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
    Rasulullah saw. bersabda: Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya. (Shahih Muslim No.4635)
  • Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
    Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)
  • Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
    Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
> Alasan ke-4: Karena ane percaya Orang yg berPengalaman Banyak pasti Lebih Baik dalam Hidup, Bekerja, & Berkomunikasi
ane percaya dan membuktikan bahwa sikap seseorang terhadap sesuatu sangat tergantung/dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang akan sesuatu tersebut, oleh pengalaman/masa lalu orang tersebut, oleh nilai-nilai kebenaran yang diajarkan diyakini oleh orang tersebut. Keyakinan akan sebuah kebenaran dan keyakinan akan sesuatu mungkin terjadi/tidak juga sangat tergantung oleh wawasan dan pengalaman orang tersebut.

Sebagai contoh: orang pedalaman yang tidak pernah melihat pesawat terbang bisajadi meyakini bahwa barang sebesar gajah tidak mungkin bisa terbang. Orang yang tidak pernah bepergian seorang diri ke luar negeri bisajadi berpikir bahwa pergi ke luar negeri sendiri adalah berbahaya. Orang yang memiliki pengalaman buruk sebagai TKW bisajadi menganggap semua negara luar negeri jahat. Orang yang tidak pernah hidup dan tinggal di negara barat, seringkali menganggap orang barat itu pasti kafir, suka berzina dan pasti suka berbuat zolim & kerusakan, dan jauh dari nilai-nilai kebaikan. Orang yang tidak pernah tinggal di Arab dan tidak bisa bahasa Arab pasti menganggap semua orang Arab alim, semua ucapannya adalah doa, atau malah menganggap semua orang Arab itu jahat. Orang yang tidak pernah melihat orang lain melakukan hal-hal besar biasanya memiliki mimpi kecil karena sesuatu yang lebih besar dianggap tidak mungkin.

Seorang pemimpin mudah untuk memiliki visi besar, cara berkomunikasi besar, cara bersikap besar, dan bermental besar jika ia memang telah memiliki pengalaman, wawasan, dan networking besar/internasional. Sungguh terdapat perbedaan antara seseorang yang “merasa telah tahu semuanya” dengan orang yang memang telah memiliki pengalaman banyak dan memang banyak tahu. Orang yang telah banyak pengalaman, wawasan dan pengetahuan umumnya masih merasa “kurang pengetahuan”, rendah hati, dan masih selalu ingin tahu. Sedangkan orang yang merasa banyak tahu biasanya ingin menunjukkan pengetahuan dan ingin dianggap paling tahu.

Pengalaman juga sangat mempengaruhi mental & sikap seseorang dalam menghadapi masalah. Saya melihat orang yang telah memiliki pengalaman banyak biasanya lebih “cool”/nyantai dalam menghadapi sebuah masalah sesulit apapun karena dia pernah mengalami atau melihat masalah yang jaauuuh lebih besar dan sulit, sedangkan orang yang berwawasan sempit biasanya merasa banyak tahu dan saat dihadapkan sebuah masalah ia mudah panik, mudah menganggap setiap masalah sebagai masalah yang besar, sok sibuk, sok penting, dan akhirnya tidak menyelesaikan masalah :) 

Orang yang memiliki pengalaman berinteraksi di banyak lingkungan, apalagi lingkungan internasional, memiliki personality yang biasanya menarik. Ia terbuka, cepat mampu menyesuaikan diri, memiliki prinsip pribadi yang kuat namun mampu mengkomunikasikannya dengan baik, memiliki kepekaan dan kecerdasan mental dan sosial, komunikatif,persuasif, mudah diterima di hampir semua lingkungan, tidak mudah tersinggung karena ia memang mudah mengerti perbedaan daripada menuntut kesamaan.

> Alasan ke-5:Karena ne percaya hidup terlalu singkat untuk hanya sekedar tahu & merasakan tempat tinggal kita saja
Bagi ane hidup terlalu singkat untuk melakukan hal yang kecil-kecil. Bagi orang Jepang, hidup di dunia sekali maka merugi jika tidak sempat mengekplorasi seluruh wilayah bumi ini. Jadi menurut saya, betapa meruginya kita, jika selama 60 tahun (misalnya jatah hidup kita) hanyalah kita habiskan untuk tinggal di kampung atau kota kita tanpa pernah punya pengalaman melihat hamparan lain bumi Allah yang Maha Luas ini.


so, buat apa berdiam diri??
Ayo JALAN-JALAN

Komentar

Postingan Populer